Kebiasaan yg sering terjadi pada saya loh...bukan anda... Karena yg benar benar tau diri sendiri ya kita sendiri.Menilai dia lebih baik Dia lebih bodoh Dia lebih jahat Dia lebih peduli Dalam segala aspek kehidupan bukan ukuran yg hakiki.. Termasuk dalam politik ekonomi budaya dan segala hal dari yg paling kecil sampe yg paling gede Kebijaksanaan
yg paling mendasar adalah ketika tau dan sadar bahwa kita tidak pernah tahu apapun sebenar benarnya karena yg kita tahu bisa jadi berubah di lain waktu.Sekarang mungkin disepakati dan disetujui dan dipercaya org lain..Bisa jadi besok "kebenaran" itu berubah...semua sudah punya porsinya masing masing sesuai karma masing masing begitu yaa.Terus rasa kesedihan dan ga tegaan yang ada di saya itu bagaimana yaa cara menghilangkannya....
Kalau dengan duduk manis saya harus perhatikan rasa kasihan ibu di dalam diri saya itu yaa Demikian kira kira pertanyaan salah satu teman kita Kalo seinget saya dulu kasihan itu sikap kita seakan akan melihat dia yg dibawah menderita dan posisi kita di atas..
Aduh kasihan.. Banget Pertanyaannya sejak di awal kita lahir konsep konsep di atas di bawah.. Lebih banyak lebih sedikit. Lebih baik Lebih buruk itu didoktrin kan
Sebuah kesulitan seringkali dipandang sebagai sebuah masalah, sebuah karma buruk, sebuah kesialan, atau ketidakberpihakanNYA atas hidup kita. Jika saja mau melihat lebih jernih anda akan sangat memahami bahwa apapun kondisi yg dialami tidak pernah punya nilai hakiki.. Bahwa itu buruk bahwa itu kurang beruntung adalah cara pandang anda dari sisi berbeda.. Sisi yg anda tetapkan sebagai satuan konstanta bahwa kesulitan adalah satuan derita..
Lain halnya jika anda melihat kesulitan dari sudut pandang yg lain... Yg anda tetapkan dengan satuan konstanta keberuntungan , keselamatan, perlindungan.Dan lebih jauh lagi ternyata semuanya pada awalnya adalah bukan apa apa.. Tanpa nilai.. Tanpa satuan konstanta yg disepakati dan diyakini..Sehingga tidak memberi batasan atau limitasi, dan diskriminasi... Apalagi menimbulkan rasa macem macem..Jelas rasa apapun yg anda ingin hadirkan bergantung pada cara pandang dan nilai konstanta yg anda tetapkan sebagai satuan mutlaknya.
Dagang sepi Jika dinilai sebagai nilai konstanta dengan satuan kesialan bisa jadi rasa yg muncul sedih kecewa nyalahin market place nyalahin kompetitor Jika dinilai dengan nilai konstanta dengan satuan keberuntungan bisa jadi muncul rasa bersyukur karena diberi kesempatan belajar memenuhi apa apa yg belum kita hadirkan pada barang dagangan kita sehingga memenuhi kebutuhan pelanggan.
Dapat rekan bisnis yg curang mau main sendiri untung sendiri.. Jika dinilai dengan nilai konstanta kecewa bahwa nanti muncul rasa org ini Jancuk.. Pengkhianat... Nusuk dari belakang dan jadi dendam sakit hati. Jika dinilai dengan nilai konstanta pembelajaran..maka akan muncul O saya diajarin untuk tidak berbuat demikian... Atau O jangan jangan saya pernah demikian sehingga org ini yg mengingatkan saya bahwa perbuatan demikian membuat ketidak nyamanan pada saya sendiri.. Dia mematangkan karma saya dimasa lalu.. Timbul Terima kasih... Banyak... Padanya...
Apakah dia curang beneran? Itu pun nilai konstanta juga yg kita sepakati.. Baik buruk Untung rugi Senang sedih Semua bisa di bolak balik... Karena cuma nilai yg berubah dan manusialah yg memberi nilai nilai itu Tanpa nilai tentu tanpa rasa tanpa limitasi tanpa masalah...
No comments:
Post a Comment